Langsung ke konten utama

Sejarah Bencana yang Menenggelamkan Majapahit di Kitab Pararaton

Secara geologi, wilayah Majapahit berdiri di atas suatu kawasan rawan bencana geologi berupa letusan gunungapi, gempa, gunung lumpur, dan banjir. Pada masa Singasari dan Majapahit, bencana-bencana ini pernah terjadi melanda dua kerajaan tersebut, seperti tercatat di Kitab Pararaton. Penggalian arkeologi masih berlangsung dan telah menemukan beberapa lapisan bangunan Majapahit dan yang lebih tua yang terkubur lumpur lempung dan/atau sebagian material volkanik. Hal ini mengindikasi bahwa pada masanya peristiwa alam seperti letusan gunungapi atau gununglumpur pernah melanda area Majapahit.

Kitab “Pararaton” yang ditulis seorang penulis tak dikenal pada tahun 1535 Saka (1613 M) walaupun ditulis pendek saja (sekitar 250 baris kalimat pada daun lontar) ternyata di sana sini memuat berita kejadian-kejadian bencana geologi (banyu pindah, gunung anyar, gunung jeblug, lindu) di area Kerajaan Singasari dan Majapahit di sekitar Kediri sampai Delta Brantas sekarang. Kitab ini memang kronik sejarah para raja yang pernah memerintah di Kediri, Singasari, dan Majapahit; dari asal-usul Ken Angrok -pendiri Singasari 1144 Saka sampai Kertabhumi -raja terakhir berdaulat Majapahit 1400 Saka.
Pararaton adalah kitab kuno. Isinya bukan hanya kisah yang sarat intrik, tetapi juga gagasan tentang bagaimana kekuasaan direbut, dikelola, dan dipertahankan, termasuk peristiwa-peristiwa geologi di sekitarnya. Beberapa peristiwa tersebut disebutkan di bawah ini (Komandoko, 2008). Gunung baru yang dimaksud di bawah adalah gunung lumpur.

Quote:

Berikut isinya

Quote:

Bab 8
….Ada peristiwa gunung meletus, yakni gunung Lungge pada tahun api-api-tangan-satu, atau tahun 1223 Saka. (api-api-tangan-satu adalah “sengkalan” – chronowords yang sudah diterjemahkan dari bahasa Kawi ke bahasa Indonesia). Bab ini adalah periode pemberontakan Sora-Nambi-Ranggalawe kepada Jayanegara, raja kedua Majapahit.
Bab 9
….Kemudian tahun guntur-pabanyu-pindah, atau tahun 1256 Saka. Bab ini adalah periode Gajah Mada menjadi mahapatih.
Bab 10
….Selanjutnya terjadi peristiwa gunung baru pada tahun ular-liang-telinga-orang, atau tahun 1298 Saka. Lalu terjadi peristiwa gunung meletus pada tahun pendeta-sunyi-sifat-tunggal, atau tahun 1307 Saka. Bab ini adalah periode pemerintahan Hayam Wuruk.
Bab 11
….Lalu terjadi peristiwa gunung meletus di dalam minggu pada tahun muka-orang-tindakan-ular,atau tahun 1317 Saka. Bab ini saat Wikramawardhana (Hyang Wisesa) jadi raja di Majapahit.
Bab 12
….Selanjutnya terjadi peristiwa gunung meletus di dalam minggu Julung-pujut, pada tahun tindakan-kitab suci-sifat-orang, atau tahun 1343 Saka. …Lalu terjadi peristiwa masa kekurangan makan yang sangat lama pada tahun ular-zaman-menggigit-orang, atau tahun 1348 Saka. Bab ini saat Sri Ratu Batara Istri (Dewi Suhita) memimpin Kerajaan.

Gunung Lumpur di Jawa Tengah sampai Jawa Timur: LETUSAN GUNUNG API DAN BANJIR GUNUNG LUMPUR PADA MASA MAJAPAHIT
Secara geologi, wilayah ibukota Majapahit berada di dua kawasan yang rawan: (1) bencana gunungapi dan (2) bencana gunung lumpur.
Ke sebelah selatan-tenggara Trowulan terdapat gunung-gunungapi: Kelud, Anjasmoro-Welirang-Arjuno. Dalam sejarah, juga sampai kini gunung-gunungapi ini aktif dan belum mati. Kitab Pararaton mencatat berkali-kali terjadinya letusan gunungapi selama masa Singasari dan Majapahit. Sampurno (1983, lihat Daldjoeni, 1992) menunjuk letusan gunungapi dari kompleks gunung Anjasmoro,Welirang, dan Arjuno 25 km di sebelah tenggara Majapahit sebagai kemungkinan penyebab bencana yang melanda Majapahit dan tercatat dalam babad ”Guntur Pawatugunung”.

Aliran piroklastika dari kompleks gunungapi ini diperkirakan melalui kali Gembolo dan anak-anak sungai Brantas menuju utara dan baratlaut. Aliran longsoran piroklastika juga bisa berasal dari wilayah Gentonggowahgede di lereng gunungapi melalui lembah Jurangcelot menghambur ke daerah Jatirejo dan berakhir di wilayah pusat kerajaan Majapahit. Longsoran itu dapat diawali oleh gempa hebat dan banjir sungai besar. Sampurno (1983) menyatakan bahwa Kerajaan Majapahit seakan-akan lenyap segalanya pada suatu saat dihancurkan oleh suatu bencana hebat.
Majapahit pun terletak di tepi suatu kawasan dalaman geologi (depresi) bernama Dalaman Kendeng yang terkenal banyak memunculkan gunung-gunung lumpur di seluruh areanya (Satyana, 2007). Dalaman Kendeng memanjang di sebelah utara Pulau Jawa dari sekitar sebelah selatan Semarang melebar ke Solo, lalu memanjang ke sebelah timur sampai Surabaya melebar ke Pasuruan termasuk sepanjang Selat Madura. Di dalaman yang mengalami penurunan dengan cepat ini, sedimen sangat tebal berumur muda yang diendapkan dengan cepat. Karena diendapkan dengan cepat, sedimen yang diendapkan tidak pernah mengalami proses pembatuan yang sempurna, atau dikatakan sedimen itu tidak mengalami kompaksi sempurna.
Gunung lumpur selain meletuskan lumpur dan batu, ia juga meletuskan air panas dan gas hidrokarbon (misalnya gas metana) maupun gas nonhidrokarbon seperti CO2. Karena ada gas hidrokarbon, maka kemungkinan dapat terbakar sangat besar, sehingga sebuah letusan gununglumpur dapat berbahaya. Bahaya selanjutnya adalah wilayah letusan gununglumpur kemudian akan mengalami penenggelaman karena materi lumpur dan batuan yang telah diletuskannya menyebabkan kekosongan massa di bawah sehingga daya dukung tanah hilang dan area akan tenggelam/runtuh.
Majapahit terletak di tepi selatan Dalaman Kendeng. Dalaman Kendeng ini juga secara termal relatif lebih panas karena terletak dekat dengan jalur gunungapi Jawa. Panas ini akan lebih meningkatkan mobilitas sedimen tidak kompak yang diendapkan di Dalaman ini. Dalaman Kendeng yang memanjang barat-timur ini pun tertekan secara kuat tegak lurus dari arah selatan ke utara oleh gaya geologi akibat penekanan kerak Samudera Hindia terhadap Pulau Jawa. Maka retakan-retakan berupa patahan/sesar mudah terbentuk di Dalaman Kendeng, yang akan menyebabkan sedimen tak kompak menemukan jalannya untuk mencuat ke atas sampai permukaan dan jadi gunung lumpur. Telah banyak gunung lumpur terjadi di Dalaman Kendeng ini, misalnya Bledug Kuwu, yang meletus sampai sekarang, Sangiran yang meletus ratusan ribu tahun yang lalu, atau LUSI (Lumpur Sidoarjo) yang terus meletus dari tahun 2006, bahkan di dasar laut Selat Madura.

http://forum.viva.co.id/sejarah/1642855-sejarah-bencana-yang-menenggelamkan-majapahit-di-kitab-pararaton.html

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perbandingan TV Tabung, Plasma, LCD, dan LED TV

TV melalui perkembangannya yang beragam, mulai mengutamakan sisi ukuran, kualitas gambar, dan mulai peduli terhadap kelestarian lingkungan. Dimulai dari maraknya TV Tabung, lalu berkembang menjadi Plasma TV, hingga kini yang banyak beredar di pasaran modern seperti LCD TV dan LED TV dengan ukurannya yang tipis. Bahkan, memiliki TV di rumah atau di kantor sudah merupakan suatu kebutuhan hiburan yang mendasar bagi Anda saat ini. Namun, tahukah Anda perbedaan dari tiap jenis TV tersebut? Tabel Perbandingan TV Tabung, Plasma TV, LCD TV, dan LED TV Fitur TV Tabung Plasma TV LCD TV LED TV Harga Paling rendah Rendah Tinggi Paling Tinggi Lebar Sudut Pandang Baik Baik Kurang Baik Paling Baik Ukuran Berat, tebal & besar Berat, tebal & besar Ringan & tipis Paling ringan & paling tipis Keawetan Tahan lama Tahan lama Sedang Sedang Daya Listrik Boros Boros Hemat Paling Hemat Refresh & Response Rate Tinggi Tinggi Rendah Tinggi Kualitas Gambar & Warna Sedang Sedang B...

Mengapa Mie Instan dapat Mempersingkat Hidup Anda

  Mie instan Ternyata mie instan, makanan murah yang digemari banyak anak kost dan para pecinta mie di mana pun berada, dikaitkan dengan serangan jantung dan diabetes. Sebuah studi yang diterbitkan di Journal of Nutrition menemukan bahwa produk-produk mie instan dapat meningkatkan risiko sindrom kardiometabolik  - faktor risiko penyakit kardiovaskular dan stroke yang parah - khususnya bagi perempuan. “Penelitian ini penting karena banyak orang yang mengonsumsi mie instan tanpa mengetahui kemungkinan risikonya terhadap kesehatan,” ungkap pemimpin peneliti Hyun Joon Shin, MD, dalam siaran pers. Shin, salah seorang pakar kardiologi di Baylor University Medical Center sekaligus mahasiswa doktoral nutrisi epidemologi di Harvard School of Public Health, tidak dapat dihubungi untuk memberikan komentar lebih lanjut. Untuk penelitian tersebut, peneliti melihat data dari 10.711 orang dewasa berusia antara 19 hingga 64 tahun, yang dikumpulkan melalui perwakilan nasional Korean Nation...

Cara Optimalisasi Mesin Pencari dan Kelola Jejak Digital

  Liputan6.com, Jakarta -   Mesin pencari   tak bisa dipungkiri sangat bermanfaat untuk mencari berbagai informasi di era digital saat ini. Apabila dimanfaatkan dengan baik, teknologi ini bisa berkontribusi terhadap peningkatan kapasitas sumber daya manusia yang berujung pada membaiknya produktivitas. Namun demikian, para pengguna internet harus tetap berhati-hati dan menyaring semua informasi yang ada di jagat maya. Managing Director D&D Consulting serta Founder Assessme.id, Ni Made Sudaryani, mengatakan pemanfaatan mesin pencari harus dioptimalkan demi pengembangan keahlian digital. "Misalnya, penggunaan kata kunci yang efektif, penyaringan informasi, serta pemakaian fitur cek fakta. Aplikasi mesin pencari di dunia maya antara lain Google, Yahoo!, Yandex, Bing, Ask, serta Baidu," kata Ni Made dalam acara webinar 'Sejahtera Lewat Dunia Digital' yang diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD...