Selasa, 19 Februari 2013 - "Komposisi bakteri mulut berubah signifikan seiring masa bercocok tanam, dan terjadi lagi sekitar 150 tahun lalu."
Bukan hanya bakteri yang berdampak pada evolusi kita, sebaliknya, kita pun memberi dampak pada evolusi bakteri, demikian hasil dari studi terbaru berdasarkan DNA bakteri yang mengapur pada gigi tengkorak manusia purba.
Catatan genetik purba mengungkapkan perubahan negatif pada bakteri mulut yang disebabkan perubahan pola makan saat manusia mulai beralih bercocok tanam, dan selanjutnya beralih pada makanan manufaktur di era Revolusi Industri.
Sebuah tim internasional, di bawah pimpinan Centre for Ancient DNA (ACAD) University of Adelaide, tempat dilakukannya penelitian, telah menerbitkan hasil temuan ini dalam Nature Genetics edisi 17 Februari. Anggota tim lainnya berasal dari Departemen Arkeologi di University of Adelaide dan Institut Sanger Wellcome Trust di Cambridge, Inggris.
“Ini adalah catatan pertama tentang bagaimana evolusi kita selama 7500 tahun terakhir telah berdampak pada bakteri yang kita bawa, beserta konsekuensi-konsekuensi kesehatan yang penting,” kata Profesor Alan Cooper, Direktur ACAD, “Bakteri mulut manusia modern cenderung tidak begitu beragam dibanding pada masyarakat di masa lalu, dan hal ini diduga berkontribusi terhadap penyakit mulut kronis serta berbagai penyakit lainnya dalam gaya hidup pasca-industri.”
Gigi dari wanita di akhir Zaman Besi/Romawi menunjukkan tartar yang padat. (Kredit: Alan Cooper, University of Adelaide)
Para peneliti mengekstrak DNA dari tartar (plak gigi yang mengapur) yang berasal dari 34 kerangka manusia prasejarah asal Eropa utara. Mreka menelusuri perubahan sifat-sifat bakteri mulut dari para pemburu-pengumpul terakhir, berlanjut ke para petani awal hingga ke Zaman Perunggu dan abad pertengahan.
“Plak gigi merupakan satu-satunya sumber yang mudah untuk memperoleh bakteri manusia yang terawetkan,” kata pemimpin penulis Dr. Christina Adler dari University of Sydney, “Analisis genetik pada plak dapat menciptakan catatan baru yang kuat tentang dampak dari pola makan, perubahan kesehatan serta evolusi genom patogen mulut, jauh hingga ke masa lalu.”
“Komposisi bakteri mulut berubah signifikan seiring masa bercocok tanam, dan terjadi lagi sekitar 150 tahun lalu,” lanjut Profesor Cooper, “Dengan diperkenalkannya gula dan tepung olahan dalam Revolusi Industri, kami dapat melihat keragaman dalam bakteri mulut kita menurun secara drastis, memungkinkan didominasi oleh strain penyebab pelapukan. Mulut manusia modern pada dasarnya berada dalam keadaan penyakit permanen.”
Dalam riset ini, Profesor Cooper bekerja sama dengan profesor arkeolog Keith Dobney dari University of Aberdeen selama 17 tahun terakhir. “Saya telah menunjukkan bahwa endapan tartar yang umumnya ditemukan pada gigi purba adalah bakteri dan makanan yang mengapur menjadi padat, namun tak bisa mengidentifikasi spesies dari bakteri tersebut. DNA purba merupakan jawaban yang jelas,” ungkap Dobney.
Komentar
Posting Komentar