Langsung ke konten utama

Penelitian Membuktikan Bahwa Pria Alami Gangguan Seksual Karena Pasangannya Gemuk

 

Barangkali ini alasannya mengapa banyak pria yang lebih tertarik pada wanita langsing. Menurut penelitian, pria yang punya pasangan wanita berpinggang ramping lebih jarang alami gangguan seksual alias impotensi.

Penelitian yang dimuat dalam jurnal Archives of Sexual Behavior itu menyebutkan, kecenderungan pria tertarik pada wanita berpinggang ramping itu bisa dijelaskan dalam kaitan evolusi.

Manusia secara alamiah memang terprogram untuk mempersepsikan kegemukan dengan gangguan kesehatan. Sementara wanita yang langsing lebih dianggap sehat dan secara reproduksi lebih baik.

Dalam studi terbaru yang melibatkan 699 pria berusia 35-65 tahun ini para peneliti berusaha menemukan kaitan antara ukuran pinggang seorang wanita dan persepsi pria akan daya tarik seksual pasangannya serta kepuasan seksual. Para peneliti mengukur fungsi seksual para pria menggunakan daftar pertanyaan Indeks Internasional Fungsi Ereksi. Selain itu dicatat juga berapa kali para pria itu melakukan hubungan seksual.

Hasil studi mengungkapkan, pria yang puas dengan performa seks terakhir mereka adalah pria berusia muda, punya pasangan muda dan berpinggang ramping. Selain itu pria-pria tersebut juga lebih puas pada kehidupan seksual mereka.

Bukan hanya itu, besar kecilnya pinggang wanita juga terkait dengan fungsi ereksi yang lebih baik, frekuensi keberhasilan penetrasi penis, serta rasa ketertarikan seksual yang sangat kuat.

Menurut ketua peneliti Stuart Brody, profesor psikologi dari Universitas West, Skotlandia, ada dua penjelasan dari “efek pinggang” ini. Alasan pertama adalah lemak perut yang berlebihan pada wanita akan mengurangi hasrat seksual mereka pada level hormonal sehingga kadar libido pun berkurang.

Alasan kedua adalah pria memang merasa wanita langsing lebih menarik sehingga tak akan banyak masalah di tempat tidur.

“Penjelasannya demikian, makin ideal bentuk tubuh wanita, makin besar daya tarik seksualnya bagi pria sehingga mereka pun akan bercinta lebih sering, punya ereksi lebih kencang dan lebih puas dengan kehidupan seksnya,” katanya.

Para peneliti juga mencatat bahwa hasil penelitian ini tidak cuma bisa diterapkan pada wanita, karena mereka juga menemukan makin lebar pinggang pria, makin rendah kepuasan seksual mereka.

http://teknologitinggi.wordpress.com/2013/01/16/penelitian-membuktikan-bahwa-pria-alami-gangguan-seksual-karena-pasangannya-gemuk/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perbandingan TV Tabung, Plasma, LCD, dan LED TV

TV melalui perkembangannya yang beragam, mulai mengutamakan sisi ukuran, kualitas gambar, dan mulai peduli terhadap kelestarian lingkungan. Dimulai dari maraknya TV Tabung, lalu berkembang menjadi Plasma TV, hingga kini yang banyak beredar di pasaran modern seperti LCD TV dan LED TV dengan ukurannya yang tipis. Bahkan, memiliki TV di rumah atau di kantor sudah merupakan suatu kebutuhan hiburan yang mendasar bagi Anda saat ini. Namun, tahukah Anda perbedaan dari tiap jenis TV tersebut? Tabel Perbandingan TV Tabung, Plasma TV, LCD TV, dan LED TV Fitur TV Tabung Plasma TV LCD TV LED TV Harga Paling rendah Rendah Tinggi Paling Tinggi Lebar Sudut Pandang Baik Baik Kurang Baik Paling Baik Ukuran Berat, tebal & besar Berat, tebal & besar Ringan & tipis Paling ringan & paling tipis Keawetan Tahan lama Tahan lama Sedang Sedang Daya Listrik Boros Boros Hemat Paling Hemat Refresh & Response Rate Tinggi Tinggi Rendah Tinggi Kualitas Gambar & Warna Sedang Sedang B...

Mengapa Mie Instan dapat Mempersingkat Hidup Anda

  Mie instan Ternyata mie instan, makanan murah yang digemari banyak anak kost dan para pecinta mie di mana pun berada, dikaitkan dengan serangan jantung dan diabetes. Sebuah studi yang diterbitkan di Journal of Nutrition menemukan bahwa produk-produk mie instan dapat meningkatkan risiko sindrom kardiometabolik  - faktor risiko penyakit kardiovaskular dan stroke yang parah - khususnya bagi perempuan. “Penelitian ini penting karena banyak orang yang mengonsumsi mie instan tanpa mengetahui kemungkinan risikonya terhadap kesehatan,” ungkap pemimpin peneliti Hyun Joon Shin, MD, dalam siaran pers. Shin, salah seorang pakar kardiologi di Baylor University Medical Center sekaligus mahasiswa doktoral nutrisi epidemologi di Harvard School of Public Health, tidak dapat dihubungi untuk memberikan komentar lebih lanjut. Untuk penelitian tersebut, peneliti melihat data dari 10.711 orang dewasa berusia antara 19 hingga 64 tahun, yang dikumpulkan melalui perwakilan nasional Korean Nation...

Cara Optimalisasi Mesin Pencari dan Kelola Jejak Digital

  Liputan6.com, Jakarta -   Mesin pencari   tak bisa dipungkiri sangat bermanfaat untuk mencari berbagai informasi di era digital saat ini. Apabila dimanfaatkan dengan baik, teknologi ini bisa berkontribusi terhadap peningkatan kapasitas sumber daya manusia yang berujung pada membaiknya produktivitas. Namun demikian, para pengguna internet harus tetap berhati-hati dan menyaring semua informasi yang ada di jagat maya. Managing Director D&D Consulting serta Founder Assessme.id, Ni Made Sudaryani, mengatakan pemanfaatan mesin pencari harus dioptimalkan demi pengembangan keahlian digital. "Misalnya, penggunaan kata kunci yang efektif, penyaringan informasi, serta pemakaian fitur cek fakta. Aplikasi mesin pencari di dunia maya antara lain Google, Yahoo!, Yandex, Bing, Ask, serta Baidu," kata Ni Made dalam acara webinar 'Sejahtera Lewat Dunia Digital' yang diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD...