Langsung ke konten utama

Jangan Duduk di Ranjang Pasien Saat Menjenguk ke Rumah Sakit'

 

Jakarta, Saat menjenguk keluarga atau teman di rumah sakit, tak jarang orang akan duduk di ranjang pasien. Meski pasien tak keberatan dan mengizinkannya, sebaiknya Anda tidak melakukan hal tersebut. Mengapa demikian?
"Jangan sekali-kali kalau jenguk pasien di rumah sakit Anda duduk di ranjangnya," tegas Dr Robert Imam Sutedja, Ketua Kompartemen Umum dan Humas Persi (Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia) dalam acara konferensi pers 'Simposium Ilmiah Teknologi Mutakhir sebagai Perlindungan dari Kuman', di Hotel Kempinski Jakarta, Kamis (10/1/2013).
Menurut Dr Robert, rumah sakit adalah sarangnya penyakit. Duduk di ranjang pasien di rumah sakit sama artinya membuka peluang untuk tertular atau menularkan kuman penyakit.
Meski penyakit pasien yang dijenguk tidaklah menular, namun kontak fisik jarak dekat dan bersentuhan langsung dengan peralatan di rumah sakit akan mempermudah transmisi kuman yang menyebabkan infeksi nosokomial, yakni infeksi yang terjadi akibat interaksi yang berlangsung di rumah sakit.
"Pertama nularin ke kita (pengunjung atau penjenguk) dan kedua membuat pasien tidak nyaman," tambah Dr Robert.
Rumah sakit merupakan breeding ground atau tempat berkembang biaknya kuman. Penularan kuman terjadi melalui cara:
1. Interaksi langsung maupun tidak langsung yang terjadi di rumah sakit, antara petugas medis kepada pasien, pasien satu kepada pasien lainnya, pasien kepada orang yang berkunjung.
2. Penularan melalui udara, misalnya saat bersin, batuk dan berbicara. Kontak jarak dekat antara kurang dari 60 cm-1 m dapat mempermudah transmisi ini.
3. Penularan melalui inhalasi, di mana bakteri ukuran kurang dari 5 mm dapat bertahan hidup di udara dalam jangka waktu panjang dan berpindah dengan jarak yang jauh.
Untuk mencegah infeksi nosokomial, pengunjung sebaiknya selalu memperhatikan kebersihan tangan. Cucilah tangan dengan sabun dan air mengalir atau cairan pencuci tangan berbasis alkohol sebelum masuk dan keluar rumah sakit.
Selain itu, bila kondisi tubuh sedang tidak fit, misal sedang flu atau batuk, sebaiknya tidak mengunjungi rumah sakit untuk menjenguk keluarga atau teman. Tidak hanya akan menularkan penyakit ke orang lain, tapi daya tahan tubuh yang sedang tidak fit juga memungkinkan Anda tertular infeksi lain di rumah sakit.(mer/vit)

http://www.artikel-menarik.com/2013/02/jangan-duduk-di-ranjang-pasien-saat.html

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perbandingan TV Tabung, Plasma, LCD, dan LED TV

TV melalui perkembangannya yang beragam, mulai mengutamakan sisi ukuran, kualitas gambar, dan mulai peduli terhadap kelestarian lingkungan. Dimulai dari maraknya TV Tabung, lalu berkembang menjadi Plasma TV, hingga kini yang banyak beredar di pasaran modern seperti LCD TV dan LED TV dengan ukurannya yang tipis. Bahkan, memiliki TV di rumah atau di kantor sudah merupakan suatu kebutuhan hiburan yang mendasar bagi Anda saat ini. Namun, tahukah Anda perbedaan dari tiap jenis TV tersebut? Tabel Perbandingan TV Tabung, Plasma TV, LCD TV, dan LED TV Fitur TV Tabung Plasma TV LCD TV LED TV Harga Paling rendah Rendah Tinggi Paling Tinggi Lebar Sudut Pandang Baik Baik Kurang Baik Paling Baik Ukuran Berat, tebal & besar Berat, tebal & besar Ringan & tipis Paling ringan & paling tipis Keawetan Tahan lama Tahan lama Sedang Sedang Daya Listrik Boros Boros Hemat Paling Hemat Refresh & Response Rate Tinggi Tinggi Rendah Tinggi Kualitas Gambar & Warna Sedang Sedang B...

Mengapa Mie Instan dapat Mempersingkat Hidup Anda

  Mie instan Ternyata mie instan, makanan murah yang digemari banyak anak kost dan para pecinta mie di mana pun berada, dikaitkan dengan serangan jantung dan diabetes. Sebuah studi yang diterbitkan di Journal of Nutrition menemukan bahwa produk-produk mie instan dapat meningkatkan risiko sindrom kardiometabolik  - faktor risiko penyakit kardiovaskular dan stroke yang parah - khususnya bagi perempuan. “Penelitian ini penting karena banyak orang yang mengonsumsi mie instan tanpa mengetahui kemungkinan risikonya terhadap kesehatan,” ungkap pemimpin peneliti Hyun Joon Shin, MD, dalam siaran pers. Shin, salah seorang pakar kardiologi di Baylor University Medical Center sekaligus mahasiswa doktoral nutrisi epidemologi di Harvard School of Public Health, tidak dapat dihubungi untuk memberikan komentar lebih lanjut. Untuk penelitian tersebut, peneliti melihat data dari 10.711 orang dewasa berusia antara 19 hingga 64 tahun, yang dikumpulkan melalui perwakilan nasional Korean Nation...

Cara Optimalisasi Mesin Pencari dan Kelola Jejak Digital

  Liputan6.com, Jakarta -   Mesin pencari   tak bisa dipungkiri sangat bermanfaat untuk mencari berbagai informasi di era digital saat ini. Apabila dimanfaatkan dengan baik, teknologi ini bisa berkontribusi terhadap peningkatan kapasitas sumber daya manusia yang berujung pada membaiknya produktivitas. Namun demikian, para pengguna internet harus tetap berhati-hati dan menyaring semua informasi yang ada di jagat maya. Managing Director D&D Consulting serta Founder Assessme.id, Ni Made Sudaryani, mengatakan pemanfaatan mesin pencari harus dioptimalkan demi pengembangan keahlian digital. "Misalnya, penggunaan kata kunci yang efektif, penyaringan informasi, serta pemakaian fitur cek fakta. Aplikasi mesin pencari di dunia maya antara lain Google, Yahoo!, Yandex, Bing, Ask, serta Baidu," kata Ni Made dalam acara webinar 'Sejahtera Lewat Dunia Digital' yang diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD...